AL QUR’AN DAN HADIS SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM


AL QUR'AN DAN HADIS SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM 

Dosen Pembimbing :
Irsyadunnas, S.Ag., M.Ag.

Disusun oleh :
Anatansyah Ayomi Anandari
17106010029

PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2017


BAB I
PENDAHULUAN
Al Qur'an sebagai kitab suci merupakan kumpulan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. untuk disampaikan kepada umat manusia, sebagai pedoman dan pandangan hidup dalam mencapai kebahagiaan dan keridaan Allah di dunia dan di akhirat. Al Qur'an adalah kitab suci ummat Islam yang diwahyukan Allah kepada Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril. [1]
Al Qur'an dan Hadis adalah pedoman manusia khususnya Ummat Muslim yang telah ditinggalkan oleh Rasullullah SAW. kepada seluruhummatnya. Kata Hadis merupakan istilah yang sangat populer di kalangan umat Islam, selain kata Al Qur'an. Hal ini tidak lain karena Hadis merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al Qur'an itu sendiri. Namun demikian, tidak sedikit umat Islam yang kurang mengetahui dan memahami hakekat istilah tersebut. Padahal, pengetahuan dan pemahaman ini penting untuk menjadikan Hadis sebagai dasar hukum yang benar dan tepat. [2]
Hadis menjadi sumber rujukan yang sangat penting, tentu saja setelah Al Qur’an. Sementara itu, dengan pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang hakekat Hadis, maka pengamalan nilai-nilai yang dikandungnya tidak bersifat kaku dan ekstrem, tetapi lebih bersifat lentur dan kontekstual.[3]
Sumber hukum Islam merupakan suatu rujukan, landasan, atau dasar yang utama dalam pengambilan hukum Islam. Ia menjadi pokok ajaran Islam sehingga segala sesuatu haruslah bersumber atau berpatokan kepadanya.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    AL QUR’AN
a.      Pengertian
Secara Etimologis Al Qur’an adalah mashdar dari qara-a---yaqra-u-qira-atan-qur’a-nan yang berarti bacaan. Al Qur’an sebagai kitab suci merupakan kumpulan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. untuk disampaikan kepada umat manusia, sebagai pedoman dan pandangan hidup dalam mencapai kebahagiaan dan keridaan Allah di dunia dan di akhirat.[4]
a)      Pengertian menurut bahasa
Kata Al Qur’an ditinjau dari asal bahasanya terdapat beberapa pendapat, antara lain:
-          Menurut pendapat Al Asy’ari dan beberapa golongan yang lain; kata “Quran” berasal dari kata “Qorona” yang berarti “menggabungkan”.
-          Menurut pendapat para Qurro; kata “Quran” berasal dari kata “Qoroo-in” yang berarti “qorina”. Maksudnya; bahwa ayat-ayat Al Qur’an yang satu dengan lainnya saling membenarkan.
-          Menurut pendapat Az Zajjaj kata “Quran” sewazan dengan kata “Fu’laan” yang berasal dari kata “Qori” atau “Qoru” yang berarti “mengumpulkan atau himpunan”. Maksudnya; bahwa Al Qur’an mengumpulkan ayat-ayat dan surat-surat, serta menghimpun intisari dari ajaran Rasul-Rasul yang diberi kitab suci terdahulu.
-          Menurut pendapat yang termasyhur; kata “Qur’an” berasal dari kata “Qoroa” yang berarti “bacaan”.
b)     Pengertian menurut istilah
Pengertian Al Qur’an menurut istilah ialah Kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai mukjizat dengan menggunakan bahasa Arab yang mutawatir, diawali dengan surat Al Fatihah dan diakhiri dengan surat An Nas, serta membacanya termasuk ibadah.
-            Kalamullah; yaitu Firman-firman Allah yang diwahyukan, lafadnya bukan berasal dari perkataan Nabi Muhammad sendiri. Sedangkan Kalamullah yang diturunkan tetapi lafadnya berasal dari Nabi Muhamad sendiri yang berupa Hadis Qudsi tidaklah dinamakan Al Qur’an, membacanya juga tidak termasuk ibadah. Demikian juga Kalamullah yang diturunkan kepada Rasul-Rasul sebelumnya tidak dinamakan Al Qur’an.
-            Al Kitab; yaitu Kitabullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang pengertian istilahnya sama dengan Al Qur’an.
-            Mukjizat; yaitu suatu peristiwa atau keistimewaaan yang berada di luar jangkuan akal pikiran manusia pada umumnya, yang menjadi bukti kerasulan seorang Nabi, untuk melemahkan orang-orang yang megingkari Allah dan Rasulnya.
-            Mushaf; yaitu tulisan ayat-ayat Al Qur’an yang ditulis oleh sekretari-sekretari Nabi Muhammad SAW. baik di kulit-kulit binatang, pelepah kurma, batu-batu lamping, tulang binatang, kayu, atau lainnya dan belum terkumpul seperti yang ada sekarng.
-            Membacanya adalah ibadah; yaitu orang-orang yang membaca Kitab Suci Al Qur’an, baik mengerti makna dan maksudnya atau tidak mengerti adalah mendapatkan pahala. [5]

b.      Nama-nama, Sifat dan Fungsi Al Qur’an
Al Qur’an mempunyai beberapa nama yang sekaligus menunjukan fungsinya.
a)   Al Qur’an
”Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,”(QS. Al Israa’ 17:9)
Dinamai Al Qur’an, karena kitab suci terakhir yang diturunkan Allah SWT. ini berfungsi sebagai bacaan sesuai dengan arti kata Qur’an itu sendiri.
b)   Al Kitab
“Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,”(QS. Al Baqarah 2:2)
Al Kitab secara bahasa berarti mengumpulkan. Menurut As-Suyuthi, dinamai al kitab karena Al Qur’an mengumpulkan berbagai macam ilmu, kisah dan berita.
c)    Al Furqan
“Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,”(QS. Al Furqan 25:1)
Al Furqan, mashdar dari asal kata faraqa berarti ‘yang sangat memisahkan’. Dinamai demikian karena Al Qur’an memisahkan dengan tegas antara haq dan batil, antara benar dan salah dan antara baik dan buruk.
d)   Adz Dzikr
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”(QS. Al Hijr 15:9)
Adz Dzikr artinya ingat, mengingatkan. Dinamai Adz Dzikr karena di dalam kitab suci ini terdapat pelajaran dan nasehat dan kisah umat masa yang lalu. Adz Dzikr juga berarti asy syaraf (kemuliaan).
e)    At Tanzil
“Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril),” (QS. Asy Syuara 26:192-193)
At Tanzil artinya yang benar-benar diturunkan. Dinamai demikian karena Al  Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. melalui Malaikat Jibril.[6]

c.       Kedudukan Al Qur’an
Sudah banyak keyakinan bagi umat manusia bahwa setiap Nabi yang diutus Allah untuk menyampaikan syariat yang dibawanya adalah dibekali dengan suatu mukjizat yang sangat mendukung kebenarannya. Suatu mukjizat yang bertujuan untuk melumpuhkan bantahan dan mematahkan argumentasi orang-orang yang tidak percaya kepada Allah dan Nabi utusanNya, serta untuk membuktikan bahwa agama yang dibawanya bukanlah merupakan hasil cipta karsanya sendiri, melainkan semata-mata dari Allah yang harus disampaikan kepada umat manusia.
Al Qur’an merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW. yang memiliki sifat rasional, yang berlaku untuk seluruh umat manusia, dan ditetapkan sebagai pedoman manusia sepanjang hidupnya, di mana dan kapan saja adanya. Al Qur’an sebagai suatu mukjizat tidak hanya menjadi bahan bacaan meskipun membacanya akan mendapat pahala, melainkan juga untuk dipahami, dihayati, dipedomani, diamalkan dan diselidiki rahasia kebenarannya.[7]

d.      Aspek Kemukjizatan Al Qur’an dari Isi Kandungannya
a)   Al Qur’an menggugah akal manusia keesaan Allah
Di antara beberapa keistimewaan isi kandungan Al Qur’an adalah terdapatnya suatu keistimewaan yang sangat memperhatikan akal pikiran manuasia dalam segala hal, baik mencakup akidah, akhlak, kewajiban, perintah, larangan dan sebagainya. Yang demikian ini tidak hanya ditunjukkan secara sepintas dalam rangkaian ayat, melainkan dalam berbagai tempat datang secara pasti dan tegas, baik lafadz maupun maknanya. Dorongan yang menggugah akal pikiran manusia penggunaannya diulang-ulang, tidak hanya dalam satu arti seperti kita ketahui dalam buku-buku psichologi atau lainnya, tetapi mengandung beberapa fungsi manusia dan ciri-cirinya dalam berbagai kondisi dan situasi.[8]
b)   Al Qur’an mengajarkan agama Islam yang sesuai dengan fitrah manusia
Bahwasanya Allah Yang Maha Kuasa telah berkehendak untuk menciptakan manusia dengan fitrah yang sebaik-baiknya, yang merupakan suatu hikmah yang hanya Allah sendiri mengetahui maksud dan tujuannya. Allah juga berkehendak dan memerintahkan kepada manusia agar supaya tetap memelihara dan mengembangkan fitrahnya, tidak menghapuskan atau bahkan melumpuhkannya.
Fitrah manusia pada hakikatnya selaras dengan hukum-hukum alam (Sunatullah), dan apabila manusia menyimpang dari hukum alam itu maka bukan saja mengakibatkan bentrokan yang hebat dengan alam semesta, melainkan manusia juga akan bentrok dengan fitrahnya sendiri, sehingga manusia akan megalami kesengsaraan dan kebingungan yang puncaknya kadang-kadang sampai membawa maut. Karena itu manusia harus dikembalikan kepada Tuhannya Yang Esa, dan kepada tujuan wujudnya yang layak bagi kemanusiaan, atau kepada hukum-hukum yang melingkupi alam semesta secara keseluruhan.[9]
c)    Al Qur’an mengajarkan prinsip-prinsip moral yang tinggi
Nabi Muhammad SAW. diutus kepada umat manusia bertujuan untuk menyempurnakan akhlaknya.
“Aku dibangkitkan (diutus) hanya untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Baihaqi)
d)   Al Qur’an membuka kedok penyelewengan orang-orang yang ingkar
Alam semesta sebagai makhluk Allah yang mempunyai atau sama seperti manusia. Karena alam semesta tunduk dan patuh kepada tata aturan Allah yang telah diturunkan melalui para Nabi dan Rasul, yaitu tata aturan yang berupa hukum-hukum syariat yang sesuai dengan kondisi, situasi dan kurun waktunya. Manusia apabila melanggar tata aturan Allah ini, berarti dia telah melakukan kontradiksi dengan alam semesta, yang sama artinya dengan berusaha menciptakan bencana bagi kehidupan manusia itu sendiri.
     Ketaatan kepada tata aturan Allah berarti tunduk dan patuh secara bersungguh-sungguh terhadap segala ketentuan yang telah ditetapkan dalam syariat Rasul-Nya, dan menerimanya secara ikhlas dengan tanpa dikurangi, ditambah, atau bahkan diselewengkan. Al Qur’an sebagai salah satu Kitab Suci yang diturunkan kepada Rasul-Nya membawa semangat revolusi yang besar, mematahkan segala bentuk kebodohan, membongkar rahasia kecurangan dan penyelewengan dari sikap hidup manusia sepanjang sejarah hidup manusia itu sendiri. Seperti kemusyrikan, kemunafikan, pertentangan dan sebagainya, yang kesemuanya dapat meruntuhkan harkat dan martabat kemanusiaan manusia.[10]
e)    Al Qur’an mengajarkan prinsip-prinsip hukum yang mengatur tertib hidup manusia
Al Qur’an mengajarkan beberapa prinsip hukum yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengatur tertib hidup manusia, baik secara perorangan atau secara kelompok.[11]
f)    Al Qur’an memberitakan ilustrasi ilmu pengetahuan dan teknologi
     Al Qur’an sebagai mukjizat yang terbesar bagi kebutuhan hidup manusia diturunkan untuk memberikan bimbingan dan petunjuk kepada umat manusia, karena itu di dalamnya mengandung beberapa peringatan-peringatan bagi manusia.
Memang pada prinsipnya Al Qur’an merupakan informasi ilmiah yang banyak memperhatikan ilustrasi-ilustrasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, yang sedikit demi sedikit dan setingkat demi setingkat dapat terungkap rahasianya melalui hasil penelitian yang mendalam dan penyelidikan yang serius, baik di laboratorium-laboratorium, di daratan, di lautan ataupun di angkasa raya. Padahal kita mengetaui bahwa Al Qur’an diturunkan di tengah-tengah masyarakat yang masih primitif, kebanyakan mereka buta huruf.[12]
g)   Al Qur’an mengabarkan berita gaib
Di dalam Al Qur’an banyak diberitakan tentang berita-berita yang bersifat gaib, baik berupa sejarah para Nabi dan Rasul atau orang-orang yang saleh dan yang ingkar maupun masalah-masalah lain yang tidak dapat diungkapkan oleh manusia, juga rahasiaa alam semesta yang belum terungkap.[13]
h)   Al Qur’an mendorong manusia memperhatikan urusan dunia dan akhirat secara serentak
Al Qur’an berstatus sebagai mukjizat yang kekal dan berlaku untuk seluruh umat manusia, memberikan dorongan semangat kepada manusia untuk selalu memperhatikan urusan hidupnya, baik yang berhubungan dengan kepentingan dunia maupun untuk kepentingan akhiratnya. Sehingga Islam mengecam kepada orang-orang yang hanya mengutamakan kepentingan akhiratnya dengan mengabaikan dan menjauhi kepentingan hidup yang dikaruniakan Allah kepada manusia di dunia, bersikap acuh tak acuh terhadap kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya, tidak mau memikirkan rahasia hikmah yang telah diturunkan Allah untuk manusia di dunia. Islam tidak menganggap seseorang yang mengabaikan kepentingan dunia hanya semata-mata untuk urusan akhiratnya dan sebaliknya tidak mengangggap lebih baik orang hanya mementingkan urusan dunianya dengan mengabaikan kepentingan dan urusan akhiratnya semata-mata.[14]
i)     Al Qur’an memberikan petunjuk pemanfaatan sumber daya alam
Al Qur’an memberikan isyarat-isyarat kepada manusia agar memanfaatkan sumber daya alam secara global supaya dapat dikembangkan sendiri oleh manusia berdasarkan aktivitas dan kreativitas mereka, sesuai dengan keberadaan mereka masing-masing. Sehingga pemanfaatan terhadap potensi sumber daya alam itu tidak mempersempit gerak dan langkah mereka di dalam usaha pengembangannya yang lebih sempurna.[15]

B.     HADIS
a.      Pengertian
Kata Hadis berasal dari bahasa Arab, Al-Hadis. Secara literal kata hadis bermakna “komunikasi”, “cerita”, “perbincangan”; baik berkaitan dengan masalah keagamaan mapun keduniawian, bersifat historis maupun kekinian.[16]
Pengertian Hadis secara terminologi disampaikan oleh para ulama secara berbeda-beda. Pendapat mereka dapat dirangkum sebagai berikut:
a)    Menurut sebagian ahli hadis, istilah Hadis meunjuk kepada “makna atau sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi SAW., baik berupa perkataan, perilaku, persetujua beliau akan tindakan sahabat, atau deskripsi tentang karakter dan sifatnya”. Sifat yang dimaksud disini menunjuk kepada penampilan fisikal beliau. Namun demikian, penampilan fisikal Nabi SAW, menurut ahli fiqh, tidak termasuk kategori hadis.
b)   Ulama yang lain berpendapat, bahwa hadis adalah “segala perkataan Rasulullah SAW., perbuatan, ketetapan, sifat, perikehidupan, segala keinginan, dan sebagian khabarnya”; atau “apa yang disandarkan kepada Rasulullah SAW., baik perkataan, perbuatan, ketetapan, maupun akhlak beliau”.
c)    Sedangkan menurut ulama ushul, hadis didefinisikan sebagai “segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi SAW. yang bersangkut paut dengan hukum”.[17]

b.      Kedudukan dan peranan Hadis
Kedudukan Hadis sebagai salah satu sumber ajaran Islam telah disepakati oleh hampir seluruh ulama dan umat Islam. Dalam sejarah, hanya ada sekelompok kecil dari kalangan ulama dan umat Islam yang telah menolak hadis Nabi sebagai salah satu sumber ajaran Islam. Mereka ini dikenal dengan sebutan inkar al-sunnah. Al Syafi’i telah menulis bantahan terhadap argumen-argumen mereka dan membuktikan keabsahan Hadis (Al Sunnah) sebagai salah satu sumber ajaran agama Islam. Istilah untuk golongan inkar al sunnah, dikatakan oleh al Syafi’i sebagai golongan yang telah menolak seluruh hadis al-ta’ifah al-lati raddat al-akhbar kullaha. Hal ini mengisyaratkan pentingnya kedudukan hadis sebagai sumber ajaran Islam, dan peranan untuk menjelaskan isi kandungan Al Qur’an dan sebagai legislator (pembuat hukum).
Hadis Nabi merupakan sumber penjelasan ketentuan agama Islam, sebagaimana ditentukan dalam agama Islam :
“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An Nahl/16:89)
Ayat dimaksud di atas menunjukkan keberadaan Hadis Nabi, bahkan telah memberikan kedudukan yang sangat penting terhadap hadis Nabi. Sebab, ada bagian ketentuan agama yang penjelasannya termuat dalam Hadis Nabi dan tidak termuat secara tegas atau rinci dalam Al Qur’an.
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS. Al An’am/ 6:38)
Kata Al Kitab dalam ayat tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh al-Qurtubi, memiliki dua pengertian. Pertama, Al Kitab berarti Al Qur’an. Artinya di dalam Al Qur’an telah memuat semua ketentuan agama. Ketentuan-ketentuan itu ada yang bersifat global dijelaskan rincinya oleh Nabi melalui hadisnya. Apa yang dinyatakan oleh Nabi wajib ditaati oleh orang-orang yang beriman. Kedua, Al Kitab berarti al-lawh al-mahfuz, hal ini sesuai dengan maksud konteks ayat yang bersangkutan. Dalam ayat itu Allah menerangkan, bahwa sesuatu binatang yang melata dan burung yang terbang dengan kedua sayapnya adalah umat juga sebagaimana manusia. Allah telah menetapkan rezekinya, ajalnya dan perbuatannya di al-lawh al-mahfuz.
Kata Al Kitab dalam pengertian Al Qur’an itulah, yang memberikan kedudukan amat penting terhadap Hadis. Hal yang tidak bisa dipungkiri, adalah Al Qur’an tertulis dalam bahasa Arab. Susunan kata-katanya ada yang berlaku umum dan ada yang berlaku khusus, di samping ada yang berstatus global dan berstatus rinci. Untuk mengetahui bahwa sesuatu ayat berlaku khusus ataupun rinci, diperlukan petunjuk Al Qur’an atau Hadis.
Al Qur’an telah melegitimasi, bahwa Hadis Nabi merupakan sumber ajaran Islam. Sebagaimana yang telah dicatat ‘Abdul Baqi’ bahwa ayat-ayat Al Qur’an yang memerintahkan agar Nabi Muhammad ditaati berjumlah lebih dari lima puluh ayat. Di antaranya adalah:
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya” (QS. Al Hasyr 59:7)
     Kedudukan Hadis inheren dengan kedudukan Al Qur’an di hadapan kaum beriman. Artinya, mematuhi ketentuan Hadis berarti telah mematuhi ketentuan Al Qur’an. Sehingga apa yang diperintahkan atau yang dilarang berdasarkan Hadis, sama halnya perintah atau larangan dari Al Qur’an. Akan tetapi pada prinsipnya, secara esensial kedudukan tertinggi Al Qur’an berada di atas segala sumber ajaran Islam, kedudukan Hadis berada pada posisi setelahnya. 
Untuk peranan Hadis tidak bersumber dari penerimaan komunitas dan keberadaan Nabi sebagai seorang yang memiliki kekuasaan, tetapi peranan Hadis diekspresikan melalui kehendak wahyu Al Qur’an.
Al Qur’an menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW. memiliki peranan menjelaskan tentang maksud firman-firman Allah. Tentang penjelasan atau bayan ---sebagai hak yang dimiliki oleh Nabi --- tersebut dalam pandangan banyak ulama terdapat aneka ragam bentuk, sifat dan fungsinya. Dalam mengaitkan hadis terhadap Al Qur’an, ada dua peran yang tidak diperselisihkan, yaitu apa yang diistilahkan dengan bayan ta’kid dan bayan tafsir. Yang pertama sekadar menguatkan menggaris bawahi kembali apa yang terdapat di dalam Al Qur’an. Sedangkan yang kedua memperjelas, merinci, bahkan membatasi pengertian lahir ayat-ayat Al Qur’an.[18]


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
          Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Al Qur’an dan Al Hadis adalah sebagai sumber ajaran agama islam yang telah ditinggalkan oleh Rasullullah SAW., yang merupakan segala macam cara untuk memecahkan semua permasalahan yang ada sepanjang hidup manusia.
Al Qur’an mempunyai beberapa nama seperti : Al Qur’an, Al Kitab, Al Furqan, Adz Dzikr, At Tanzil, dan sebagainya. Aspek kemukjizatan Al Qur’an dari isi kandungannya meliputi : Al Qur’an menggugah akal manusia keesaan Allah, Al Qur’an mengajarkan agama Islam yang sesuai dengan fitrah manusia, Al Qur’an mengajarkan prinsip-prinsip moral yang tinggi, Al Qur’an membuka kedok penyelewengan orang-orang yang ingkar, Al Qur’an mengajarkan prinsip-prinsip hukum yang mengatur tertib hidup manusia, Al Qur’an memberitakan ilustrasi ilmu pengetahuan dan teknologi, Al Qur’an mendorong manusia memperhatikan urusan dunia dan akhirat secara serentak, dan Al Qur’an memberikan petunjuk pemanfaatan sumber daya alam.
          Al Qur’an merupakan pedoman hidup bagi setiap umat manusia, begitu juga dengan Al Hadis sebagai pelengkap hukum-hukum yang belum ada di dalam Al Qur’an. Hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah SAW., baik perkataan, perbuatan, ketetapan, maupun akhlak beliau.


[1] Drs. Moh. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al Quran (Surabaya: PT Bina Ilmu), hlm.1
[2] Al Hadis (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga), hlm.1
[3] Al Hadis (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga), hlm.3
[4] Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., MA., Kuliah Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Itqan Publishing), hlm.15
[5] Drs. Moh. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al Quran (Surabaya: PT Bina Ilmu), hlm. 1-3
[6] Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., MA., Kuliah Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Itqan Publishing), hlm. 19-22
[7] Drs. Moh. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al Quran (Surabaya: PT Bina Ilmu), hlm.14
[8] Drs. Moh. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al Quran (Surabaya: PT Bina Ilmu), hlm.42
[9] Drs. Moh. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al Quran (Surabaya: PT Bina Ilmu), hlm.60

[10] Drs. Moh. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al Quran (Surabaya: PT Bina Ilmu), hlm.116-117
[11] Drs. Moh. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al Quran (Surabaya: PT Bina Ilmu), hlm.143
[12] Drs. Moh. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al Quran (Surabaya: PT Bina Ilmu), hlm.211-213
[13] Drs. Moh. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al Quran (Surabaya: PT Bina Ilmu), hlm.245
[14] Drs. Moh. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al Quran (Surabaya: PT Bina Ilmu), hlm.256
[15] Drs. Moh. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al Quran (Surabaya: PT Bina Ilmu), hlm.260-262
[16] Al Hadis (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijag), hlm.3
[17] Al Hadis (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijag), hlm.6
[18] Drs. Sa'dullah Assa'idi, MA., Hadis-Hadis Sekte (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), hlm.5-10

Komentar

  1. Bitcoin Casino Review | Play at the Best Bitcoin Casinos - CasinoNow
    Read our download youtube videos review of an online casino. There's a very popular 메리트 카지노 고객센터 Bitcoin casino in the USA, so we 인카지노 can try them out for free.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer